Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ikhwan dan akhawat sekalian, kalimat pertama yang ingin saya sampaikan
kepada antum semua adalah bahwa saya mencintai antum semua. Inni
uhibbukum fillah. Karena cintalah kita berkumpul di sini, dan insya
Allah atas nama cinta juga kita akan memenangkan Pilgub Jawa Tengah.
Saya juga ingin menyampaikan, salam cinta dari Ketua Majelis Syuro,
Ustadz Hilmi Aminuddin kepada antum semuanya dan salam cinta dari mantan
Presiden kita Ustadz Luthdi Hasan Ishaaq. Kita doakan mudah-mudahan
Allah swt. memudahkan urusannya.
Ikhwah sekalian,
Apa yang disampaikan tadi oleh KH Budi (Budi Haryono .pen) mengingatkan
saya kepada sebuah puisi. Puisi yang ditulis oleh murid dari nama yang
disebutkan tadi yaitu Rumy. Rumy punya murid cinta yang hidup
berabad-abad sesudah Rumy, namanya Muhammad Iqbal. Dan Muhammad Iqbal
ini menulis tentang gurunya. Perhatikan baik-baik teksnya.
Jadi beliau bercerita bahwa, cinta itu, kata Iqbal, membuat kuncup bunga
itu merekah. Dan dimana-mana ada cinta, hidup itu pasti akan berkah.
Dalam waktu yang sangat lama saya selalu memikirkan satu hal, apa yang sebenarnya merupakan core value,
nilai utama dari masyarakat Indonesia. Kita pasti punya nilai-nilai
yang banyak. Tetapi nilai yang tertinggi bagi masyarakat Indonesia itu
apa? Yang membedakan kita dengan masyarakat-masyarakat lain di dunia. Dan saya menemukan satu kata, yaitu harmoni.
Kita ini adalah bangsa yang ditakdirkan oleh Allah swt, hidup dari etnis
yang sangat beragam. Mendiami sebuah wilayah yang terpisah-pisah dan
terpisahnya jauh. Dimana dua pertiga dari wilayah kita itu adalah laut.
Karena kita terpisah, satu sama lain sangat jauh. Dan terlalu beragam
secara etnis, itulah yang membuat kita saling merindukan.
Perpisahan membuat kita rindu. Tetapi perbedaan yang ekstrim seperti ini
membuat kita merindukan persatuan. Jadi jauh sebelum ada sebuah negara
yang bernama Indonesia, yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, yang pertama kali hadir adalah pernyataan tekad untuk bersatu.
Satu dalam bahasa, satu dalam bangsa itulah Indonesia, yang
dideklarasikan pada hari Sumpah Pemuda.
Jadi perbedaan yang ekstrim membuat kita juga merindukan persatuan
secara ekstrim. Di sini banyak etnis, banyak agama, dan banyak ideologi.
Tetapi perbedaan itu semuanya terangkum menjadi satu, dan kita hidup
secara harmoni dalam satu wilayah yang sama. Disebabkan karena kita
semuanya mempunyai nilai-nilai utama dan yang paling tinggi dari nilai
itu adalah harmoni. Kehendak untuk bersatu. Kehendak untuk hidup secara
damai. Kehendak untuk menepis perbedaan, dan hidup dalam satu lingkar
mufakat yang besar, dimana kita, insya Allah, tidak bisa dipecah-belah
oleh bangsa-bangsa yang lain.
Itulah core value, nilai utama dari masyarakat Indonesia.
Dan beberapa tahun yang lalu, di depan teman-teman kami waktu itu. Saya
menyampaikan sebuah ceramah dan sebuah makalah. Saya beri judul:
Izinkanlah Kami Menata Ulang Taman Indonesia.
Sebab saya membayangkan bahwa Indonesia ini adalah sebuah taman, setiap
orang di dalam taman ini adalah sebuah bunga. Dan setiap bunga itu punya
warna sendiri.
Taman ini menjadi indah karena terlalu banyak bunga yang punya banyak
warna di dalam taman itu. Coba bayangkan kalau ada satu taman yang
bunganya cuma satu. Apa indah taman itu? Tapi coba bayangkan kalau bunga
yang punya banyak warna itu, kita paksa melebur menjadi satu warna.
Bunganya banyak, tapi warnanya dilebur jadi satu. Bagus tidak?
Bangsa ini menjadi indah, karena kita berbeda seperti bunga dalam taman.
Jadi kalau saya ingin mendefinisikan, apa itu masyarakat Indonesia,
saya bisa mengatakan bahwa masyarakat Indonesia itu adalah masyarakat
bunga. The flower society.
Dan bunga ini ikhwah sekalian, kalau kita ingin memimpinnya dengan baik,
kembalilah kepada puisi Iqbal. Tiupkan nafas cinta ke dalam bunga itu,
maka dia akan mekar. Dan jika kita meniupkan nafas cinta ke dalam bunga
itu, insya Allah tidak ada kekuatan lain yang akan menolak tiupan nafas
cinta itu. Saya kira, dengan cara beginilah insya Allah kita akan
memenangkan dan memimpin Indonesia di masa yang akan datang.
Tiupkan nafas cinta ke dalam republik ini, biar ia tumbuh menjadi bunga
yang memenuhi taman Indonesia dan insya Allah bunga ini akan tumbuh
mekar dalam taman itu.
Dan dengan cara seperti itu, ikhwah sekalian, kita merubah politik dari sebuah permainan yang berbahaya (dangerous game),
yang isinya adalah character assassination, politisasi hukum, black
campaign, kita rubah semuanya itu menjadi permainan orang dewasa yang
lucu. Seru. Seperti dulu kita di sekolah dasar atau di SMP, mau memilih
ketua kelas. Ada kampanye, ada pertarungan. Seru, tapi tidak berbahaya.
Ada ketegangan, tapi orang tidak takut.
Politik sekarang menakutkan. Mengerikan. Karena itu anak-anak muda tidak
mau ikut politik. Tidak suka politik. Dan itulah yang menjelaskan
mengapa begitu banyak undecided voter. Mengapa begitu banyak
orang yang apolitis. Bukan karena mereka tidak mau, tapi orang-orang
sekarang memberikan tontonan politik seperti orang masuk ke dalam
bioskop dan menonton film horor. Kenapa kita harus mengeluarkan uang
untuk menakut-nakuti diri sendiri. Kita keluarkan uang, kita nonton,
kita pulang membawa mimpi buruk. Sekarang kita ubah politik itu menjadi
permainan yang seru. Ada sparkling-nya, ada sodanya, tapi tidak
memabukkan. Kita merubahnya demikian.
Dan saya kira ikhwah sekalian, tempat pertama dimana kita ingin menguji teori ini adalah Jawa Tengah.
Secara budaya, diantara semua wilayah-wilayah yang ada di Indonesia ini,
saya kira dan mudah-mudahan saya tidak salah, Jawa Tengah adalah
masyarakat dengan budaya yang paling bisa memadukan segala hal yang
tidak bisa dipadukan.
Dan ikhwah sekalian, apa yang saya bicarakan ini sebenarnya tadinya
rencananya akan saya sampaikan setelah bulan Agustus. Sebagai bagian
dari pidato 17 Agustus nanti. Tapi (apa yang disampaikan) Kyai Budi tadi
ini, mengganggu pikiran saya. Dan saya harus menjawabnya.
Inilah teori kita tentang Indonesia. Dan saya kira dulu, kira-kira 16
tahun, menurut cerita Soekarno sendiri. Sebelum kemerdekaan. Ia mencoba
menemukan, semua titik kesepakatan bersama yang bisa menjadi alat
pemersatu bagi bangsa Indonesia. Soekarno menyadari bahwa kita ini
tumbuh dari ideologi yang sangat berbeda. Dan ada yang menarik dalam
sejarah ini. Para pemikir, ideolog-ideolog, terutama tiga ideologi yaitu
Islam, sosialisme dan nasionalisme, berguru pada satu orang yang sama.
Namanya Cokroaminoto. Dari sini ada murid yang bernama Soekarno, yang
nanti mengembangkan ide nasionalisme tetapi dia juga mewarisi ide dasar
sosialisme itu. Dari sini juga lahir nanti pemikir Islam yang namanya KH
Agus Salim. Tapi dari sini juga nanti tokoh-tokoh merah Indonesia. Ada
Muso dan ada Alimin. Lahir dari guru yang sama.
Jadi begitu ingin merdeka, Soekarno berfikir bahwa kita membutuhkan alat
pemersatu, dan biarlah orang-orang ini dengan ideologinya
sendiri-sendiri. Tetapi kita membutuhkan sebuah kesepakatan bersama.
Kesepakatan itulah yang kemudian dirumuskan dalam bentuk Pancasila.
Di situ (Pancasila) ada Islam, di situ ada pluralisme, disitu ada
nasionalisme disitu ada demokrasi berbasis Indonesia, di situ ada
sosialisme. Tapi yang menarik adalah kata Soekarno, jika Pancasila ini
kita peras, peras dan peras menjadi hanya satu kata, maka satu kata itu
adalah artinya gotong-royong.
Coba kita perhatikan. Itu adalah ide tentang harmoni. Dan jika kita usut
sejarah pemikiran politik Indonesia ini kita akan sampai pada satu ide.
Tapi bila kita balik lagi ke sejarah penyebaran Islam di nusantara ini,
ide ini pulalah yang diyakini pertama kali oleh para dai yang membawa
Islam ke Indonesia. Itulah sebabnya, inilah kawasan dimana Islam masuk
tanpa pertumpahan darah. Mereka menyenangi harmoni.
Dan karena harmoni itu, maka para dai ini mempunyai kebebasan untuk
menyampaikan nilai-nilai Islam itu. Saya tadi mengobrol, sambil
mendengarkan Kyai Budi dan mengatakan, kita ini bisa saja bikin
pengajian terlalu tegang, terlalu serius. Nah ini benar pengajian (yang
dibawakan Kyai Budi H) ini tadi. Santai. Rileks. Tapi kontennya full,
sama persis. Bagus juga mungkin kalau ada acara pengajian PKS diiringi
dengan nasyid dan diiringi dengan musik-musik lokal, gamelan dan
seterusnya.
Jadi inilah yang menjelaskan mengapa masyarakat kita menerima Islam secara apa adanya. Tanpa ada pertempuran.
Ikhwah sekalian, jika saya ingin masuk dari teori ini kepada persoalan
yang antum hadapi, dalam Pilgub yang akan datang, saya bisa mengatakan
bahwa antum hanya punya satu cara untuk memenangkan (Pilgub) ini. Yaitu
melawan mitos. Mitos politik. Mitos politik yang mengatakan bahwa partai
Islam tidak bisa memimpin republik. Mitos bahwa Jawa Tengah ini adalah
basis fulan, bukan basis PKS. Untuk melawan mitos itu hanya ada satu
cara: Bongkar!
Saya kira ini jalannya sudah jelas. Apa tadi salam 3 besarnya? Obah Kabeh Mudhak Akeh. Saya harus kursus ini (tertawa).
Iya kan? Itu mitos. Coba antum bayangkan, dulu 1000 tahun sebelum Islam
datang ke nusantara ini, ada agama Hindu dan Budha di sini. Bisakah Anda
bayangkan bahwa sebuah agama yang sudah tertanam selama lebih dari 1000
tahun, kemudian bisa ditembus oleh Islam. Dan saya kira orang-orang
yang mengklaim bahwa Jawa Tengah adalah basis fulan, fulan dan
seterusnya, tidak sampai 1000 tahun, kan? Sampai 1000 tahun? Lho era
reformasi kan baru 15-an tahun. Iya kan? Jadi rileks sajalah. Bongkar
ini semuanya, lawan mitos itu, sambil kita bernyanyi.
Dan ikhwah sekalian, kenapa saya ingin menggarisbawahi kata melawan
mitos. Karena kemenangan itu pertama kali, jauh sebelum diumumkan oleh
KPUD, kita umumkan dulu dalam fikiran kita. Kita umumkan dulu dalam
perasaan kita semuanya. Mindset-nya dulu kita rubah.
Sebab lawan itu, ikhwah sekalian, menjadi besar atau kecil tergantung
cara kita mengkonsepsinya. Kalau kita menganggap mereka besar, dia
besar. Tapi kalau kita menganggap mereka kecil, dia akan menjadi kecil.
Jadi kalau kita anggap bahwa klaim Jawa Tengah ini basis fulan, fulan
dan seterusnya itu adalah sebuah mitos, hilangkan pertama kali mitos itu
dalam kepala kita. Dan begitu mitos itu hilang dari kepala kita, kita
bersihkan hati kita dari mitos itu. Begitu itu hilang, insya Allah jalan
kemenangan antum jadi lempeng. Clear. Kita buang itu mitos (dari kepala
kita). Kita buang dari hati kita mitos itu. Tinggal kita tadi, siapa
bilang? Ini basis fulan, mengapa PKS tidak punya hak untuk mengklaim
bahwa ini juga bisa menjadi basis PKS? Datang kepadanya dan sampaikan
salam cinta dari PKS. Dan seperti yang saya katakan, jika antum semua
datang dan meniupkan nafas cinta kepada orang-orang itu, bunga-bunga
yang ada di Jawa Tengah akan mekar, insya Allah.
Dan dengan demikian, ikhwah sekalian. Antum akan melakukan pekerjaan
yang berat. Ini kata salah seorang pemikir China lama, namanya Lau Tze.
Tahu, kan? Dia mengatakan, kalau kita bekerja dengan cara begini maka
kita akan bekerja sambil menyanyi. Artinya apa, kita melakukan
tugas-tugas berat dengan cara dan hati yang riang.
Dan jika kita tarik ini ikhwah sekalian, ke dalam akar nilai-nilai kita
sebagai muslim, kita juga akan ketemu dengan hal yang sama. Tahukah
antum semuanya apa karunia Allah swt kepada kaum muslimin sebelum perang
Badr berlangsung? Tahu karunianya? Dikasih tidur.
Jadi malam hari keesokan pagi ketika perang Badr akan berlangsung, malam
harinya hujan rintik-rintik turun, hawanya dingin, kaum muslimin
dikasih tidur. Tidurnya nyenyak. Mereka tidak memikirkan bahaya yang
akan mereka hadapi besok. Seakan-akan yang mereka hadapi besok ini
adalah sebuah funny game. Permainan yang lucu. Bukan sebuah dangerous
game. Dikasih tidur. Begitu mereka bangun pagi, mereka segar.
Orang-orang Quraisy tadi malam pesta pora. Makanya kurang tidur. Waktu
mereka bangun pagi-pagi, mereka tidak segar. Nah begitu berhadapan, baru
mereka sadar.
Ikhwah sekalian, karena itu kita juga percaya bahwa dengan cara
menidurkan mereka itu Allah swt menanamkan persepsi kepada kaum muslimin
bahwa musuh yang akan kamu lawan ini tidaklah sebesar yang kamu duga.
Jadi ikhwah sekalian, perbaiki saja persepsi kita tentang lawan kita
itu. Seperti kita juga perlu memperbaiki persepsi tentang Jawa Tengah
ini. Kalau antum terus mempersepsi bahwa ini basis orang lain, insya
Allah selamanya akan jadi basis orang lain. Tapi kalau antum dari
sekarang mengatakan: Bongkar, Bongkar, Bongkar! Ini mitos! Insya Allah
ini akan menjadi basis antum semuanya. Siapa yang bisa melawan pasukan
cinta? Siapa yang bisa melawan pasukan cinta? Insya Allah tidak akan ada
yang bisa melawan pasukan cinta.
Kalau kata Kyai Budi tadi, semua orang kita ayomi, orang kelas bawah
kita ayomi semuanya, tukang becak kita ayomi, dan apa lagi tadi ada…
(bertanya ke Kyai Budi H) janda-janda kita ayomi juga. Semua kita ayomi.
Itu yang kita sebut dengan pasukan cinta.
Dan insya Allah dengan cinta seperti itu ikhwah sekalian, kita akan
datang menawarkan sebuah persahabatan, sebuah persaudaraan, kepada semua
orang. Dan biarlah orang lupa bahwa ia dari ideologi fulan, ideologi
kanan, ideologi kiri, dia dari ideologi tengah, itu tidak penting.
Cinta yang membuat kita bersatu, bersahabat, bersaudara. Biarkanlah dia dengan ideologinya, tetapi dia bersama kita.
Rebut dulu simpatinya, nanti belakangan pelan-pelan kita rubah cara
berfikirnya. Kata ulama-ulama dakwah, kasbul qulubi muqoddamu ‘alaa
kasbil uqul, merebut hati lebih kita prioritaskan daripada merebut
fikiran. Janganlah dulu merebut fikiran orang. Sebarkan dulu cinta.
Kalau semua orang sudah simpati, insya Allah dia akan lebih terbuka
menerima fikiran-fikiran kita.
Begitu cintanya hilang, karena itu katanya Imam Syafi’i, cinta itu
membuat orang kehilangan daya kritis di dalam dirinya. Begitu kita cinta
kepada seseorang, bahkan yang jelek-jelek pun kita pandang bagus. Iya
kan?
Oleh karena itu ikhwah sekalian, kalau antum ingin meniupkan nafas cinta
kepada semua orang, saya membayangkan bahwa setiap antum semuanya akan
membuat data, list, dari seluruh warga dan pemilih di Jawa Tengah ini,
antum temui mereka semuanya satu persatu. Jabat tangannya baik-baik,
lihat matanya baik-baik. Sebarkan nafas cinta melalui mata antum
semuanya. Biar dia merasakan, dan rasakan dalam jabat tangan itu ada
setrum cinta yang mengalir ke tangan mereka itu. Begitu setrum cinta itu
mengalir ke tangan mereka, insya Allah, dia akan berubah dengan
sendirinya. Dia akan berubah.
Jadi ikhwah sekalian, mengapa saya mengatakan bahwa kita harus mengubah
permainan politik dari permainan yang berbahaya menjadi permainan orang
dewasa yang lucu, karena politik sekarang ini menjauhkan orang dari
dirinya sendiri. Itu sebabnya saya kira, konfigurasi Jawa Tengah ini
dalam Pilgub ini adalah mengkonfigurasi yang paling lucu diantara
pilkada-pilkada yang lain. Coba kita lihat calon kita itu, koalisi yang
mendukungnya. Calonnya birokrat. Cagubnya birokrat, cawagubnya dari
partai lain, tapi tidak didukung partainya. Didukung oleh partai yang
berupa-rupa warnanya. Ada PKS, Gerindra, ada PKB, Hanura, PPP, PKNU dan
seterusnya. Rupa-rupa warnanya dan tidak saling berhubungan dengan cagub
dan cawagubnya. Nah ini pertemuan yang lucu.
Mungkin ada orang yang bertanya, mengapa PKS tidak mengajukan kadernya?
Saya tadi bicara dengan akh Fikri (Drs. H. A. Fikri Faqih – Ketua DPW
Jateng) di mobil sebelum ke sini. Saya akan menjelaskan dalam kampanye
deklarasi nanti. Tapi saya akan menjelaskan dulu kepada antum semuanya.
Dalam sistem demokrasi, partai politik itu mempunyai salah satu fungsi
dasar sebagai school of leadership, sekolah kepemimpinan. Partai ini
mesti merekrut orang, membinanya, menggodognya, melatihnya untuk menjadi
pemimpin. Kalau dia sudah siap menjadi pemimpin, kita ekspor orang ini
ke dalam sebuah lembaga yang kita sebut negara. Jadi user dari sekolah
ini adalah negara.
Karena itu Umar bin Khattab mengatakan, ta’allamu qabla anta suudu, belajarlah sebelum kalian memimpin.
Nah ikhwah sekalian, kita kasih kesempatan kepada ikhwah untuk
menetapkan siapa yang mau antum ajukan (dalam Pilgub) dari kader. Dan
mereka mengatakan, tampaknya pada periode ini kita belum siap. OK.
Karena kita juga mesti membuka dua kitab sekaligus. Satu kitab namanya
kitab percaya diri, satu kitab lagi namanya tahu diri. Dua-duanya mesti
kita baca secara obyektif. Iya kan? Tidak ada masalah. Jangan minder
dengan keputusan itu. Itu tidak mencederai kita sebagai partai kader.
Justru itu menunjukkan kedewasaan kita dalam menilai diri kita sendiri.
Kita beri kesempatan kepada orang, dan waktu kita memberi kesempatan
kepada orang kita bekerja full untuk mendukung orang itu. Semuanya
siapapun yang nanti bekerja sama dengan PKS itu percaya, bahwa PKS
adalah partai yang selalu memenuhi janji. Nanti tiba waktunya antum
memimpin, insya Allah mereka juga akan mengatakan kalau antum berjanji
dalam kampanye insya Allah pasti akan dipenuhi oleh kadidat PKS.
Nah ikhwah sekalian. Saya kira saya sudah menjelaskan mission imposible,
yang sekarang ini menjadi tugas antum semuanya di Jawa Tengah. Dan saya
tidak ingin mengatakan lagi kepada antum semuanya. No plan, no backup,
no choice. Bongkar! Karena antum sudah tahu jalannya. Dan kata kuncinya
cuma dua itu tadi. Yang pertama bongkar, yang kedua adalah permainan
yang lucu. Funny game. Main-mainlah dengan cara ini. Dan insya Allah
antum akan memenangkan pilkada Jawa Tengah.
Coba saya mau tanya dulu kepada antum semuanya. Kira-kira ikhwah
sekalian, sebesar apa energi cinta yang ada di dalam diri antum, yang
bisa antum tiupkan kepada setiap bunga yang ada di Jawa Tengah ini? Saya
mau tanya dulu. Antum punya stok cinta yang banyak untuk bisa
disebarkan di Jawa Tengah atau tidak? Banyak? Kurang yakin. Yakin?
(massa: Yakin). Yakin? (massa: Yakin).Yakin? (massa: Yakin).Yakin?
(massa: Yakin).Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
[Disampaikan Anis Matta di Semarang, 17-03-2013]
*http://pksjateng.or.id/index.php/read/news/detail/880/Anis-Matta-PKS-ingin-Bongkar-Mitos
http://www.pkspiyungan.org/2013/03/transkrip-orasi-anis-matta-di.html

0 komentar:
Posting Komentar